Sinopsis
Novel
Judul : RANAH 3 WARNA
Pengarang : A.Fuadi
Alif fikri lulusan pesantren Pondok
Madani di Ponogoro, ia bercita-cita ingin menjadi seperti Habibie, kuliah di
Bandung dan meneruskan kuliah di Amerika. Tetapi Arif ragu untuk meneruskan
kulaih karena tidak mempunyai ijazh SMA, apalagi di Pondok Madani hanya sedikit
belajar matapelajaran yang ada di UN. Dalam waktu dua bulan Alif belajar dengan
keras untuk mengikuti ujian persamaan SMA dan tes UMPTN. Akhirnya Alif masuk
UMPTN UNPAD jurusan Hubunagn Internasional, meskipun awalnya cita-cita Alif
masuk Teknik Penerbangan ITB.
Alif hanya memiliki uag pas-pasan
untuk pergi ke Bandung. Apalagi saat Alif pergi ke Bandung ayahnya sedang sakit.
Setelah setengah tahun di Bandung, Alif mendapat telegram dari ibunya yang
mengabarkan bahwa ayahnya sedang sakit. Kemudian Alif pulang ke Maninjau, tak
lama ayahnya meninggal karena sakitnya.
Setelah kepergian ayahnya, Alif
bimbang akan meneruskan kuliah atau tidak karena ibunya tidak mempunyai uang
apalagi Alif masih mempunyai dua orang adik. Tetapi ibunya berjanji akan
membiayai uang kuliah Alif dan selain itu ayahnya juga berpesan agar Alif
meneruskan kuliah sampai selesai.
Badai berdatangan silih berganti,
tetapi semua itu dihadapi Alif dengan sabar. Setelah sampai di Bandung, Alif
harus menghemat biaya makan kadang sehari hanya makan satu kali. Untuk itu Alif
berinisiatif untuk menjadi guru privat, penjual parfum dan menjual pakaian
karena dengan begini ia bisa makan lebih dari satu kali dalam sehari sekaligus
dapat membayar uang kuliahnya. Semua ini Alif lakukan agar bisa menggapai
cita-citanya, karena uang kiriman dari ibunya sering tidak dikirim.
Selain kuliah Alif juga suka menulis,
ia berlatih menulis artikel bersama Bang Togar. Setelah hasil tulisannya diterbitkan,
Alif mendapatkan honor. Awalnya honor yag didapatkan Alif kecil, tetapi ia
tetap menyisihkan untuk ibunya dan panti asuhan.
Berkat informasi dari temannya,
Alif bisa mendaftar menjadi calon
peserta program pertukaran pemuda ke luar negeri. Setelah menjalani beberapa
sesi tes. Alif akhirnya bisa menjadi salah satu pemuda yang pergi ke Kanada
dengan gratis semua ini berkat sebuah
kesabaran
dan kerja keras. Di Kanada Alif harus belajar bahasa Prancis, ia sering membawa
kamus ke mana pun ia pergi.
Alif bekerja di stasiun TV lokal di
Kanada, ia bekerja bersama Franc temannya di Kanada. Alif sangat menikmati
pekerjaannya ini, Alif memang suka dengan pekerjaan yang menyangkut menulis dan
media. Ia sangat antusias
dalam mencari informasi-informasi yang menarik untuk acara TV lokalnya.
Di
Kanada, Alif tinggal bersama orang tua angkat. Orang tua angkatnya sangat
perhatian pada Alif. Setiap hari membuatkan sarapan, menyiapkan segala
kebutuhan Alif. Di Kanada Alif
mendapatkan banyak pengalaman, mulai dari berteman dengan orang Kanada,
merasakan hujan salju dan keluarga baru. Di musim salju keluarga angkatnya juga
mengajak Alif untuk memancing di danau yang membeku dan hasilnya dimakan
bersama. Kebersamaan dengan keluarga baru tidak membuat Alif lupa dengan ibunya
di Maninjau, Alif juga suka memeberi kabar kepada ibunya.
Pertemuan mingguan anak Indonesia,
merencanakan mengadakan upacara sepuluh November. Mereka merencanakan
orang-orang Kanada pun untuk ikut serta dalam upacara karena setelah upacara bendera
akan diadakan festival semua tentang Indonesia mulai dari acara, tarian sampai
menyanyi.
Setelah beberapa bulan di Kanada,
waktu yang sangat berat akhirnya tiba. Alif beserta rombongan dari Indonesia
harus pulang ke tanah air. Orang tua angkat Alif sangat sedih dengan keadaan
ini.
Dua tahun kemudian, Alif mendapatkan
surat dari kampus yang menyatakan dirinya telah lulus dan mengikuti wisuda.
Hati Alif sangat senang kala itu, setelah itu ia berniat akan melanjutkan
kuliah S2 nya di Amerika dan membantu menyekolahkan adik-adiknya hingga
selesai.